Jumat, 09 Maret 2012
Nancy Go
02.58 |
Diposting oleh
Nauliar |
Edit Entri
NANCY GO |
Paris Hilton, kerap
menjadi buah bibir para pengamat dunia fashion karena seleranya yang tinggi.
Ia sering melenggak lenggok dengan tas, busana dan sepatu yang lantas menjadi
tren. Tapi siapa sangka, diantara sekian banyak koleksi tasnya terdapat tas
bermerek Bagteria yang asli produk Indonesia. Dan rupanya tak hanya Paris
Hilton saja yang gandrung dengan Bagteria. Anggun, Emma Thompson dan cucu
Putri Elizabeth II pun turut kecantol tas rancangan Nancy Go tersebut.
Kecintaan Nancy Go akan teknik menyulam,
merajut serta menjahit sudah terlihat sejak dirinya masih remaja. Bakat ini
lalu dikembangkan Nancy menjadi sebuah bisnis yang sangat menggiurkan.
Melalui brand Bagteria, ia merambah pasar internasional yang terkenal
akan dunia fashion-nya seperti Hong Kong, Milan, Paris dan New York. Tas
ciptaannya itu pun mampu bersanding dengan merek ternama kelas dunia seperti
Louis Vuitton, Chanel dan Prada. Lalu sebenarnya siapakah Nancy Go ini?
Sebelum menciptakan
Bagteria, Nancy hanyalah perempuan biasa dengan kisah hidup yang hampir sama
dengan perempuan lainnya. Ibu dua anak ini lahir di Brasil, 6 Januari 1963
dan tinggal di negeri eksotis itu selama 6 tahun baru kemudian kembali ke tanah air. Lulus SMA, Nancy harus menyimpan impiannya untuk
melanjutkan kuliah sebab harus merawat sang ayah yang terserang penyakit
stroke.
Setelah menikah dengan
Bert Ng, Nancy yang sempat bekerja sebagai merchandiser di perusahaan
Inggris, Dotwell, memutuskan untuk berhenti dan memilih mengurus keluarganya.
Di sela waktu luangnya, lulusan Susan Budiardjo Fashion College ini lalu
mulai iseng-iseng membuat tas yang kelak menjadi cikal bakal label Bagteria.
Awalnya, Bagteria
tidak dipasarkan di dalam negeri sebab Nancy melihat gelagat masyarakat
Indonesia kala itu masih memandang sebelah mata pada produksi lokal. Apalagi
harga tas ciptaan Nancy terbilang mahal karena produknya termasuk hand-made
dengan memanfaatkan ketrampilan menjahit, menyulam dan dipadukan dengan
teknik pemasangan aneka jenis aksesoris seperti kristal swarovski, payet,
kulit ikan dari Islandia hingga gading mammoth.
Setelah malang
melintang menawarkan serta memasarkan produknya di pasar internasional,
merasakan pahit getirnya berbisnis, Nancy sukses mensejajarkan Bagteria
dengan produk-produk bermerek internasional di pasar internasional pula.
Usaha yang semula bermodal Rp100 juta itu berubah menjadi bisnis elegan yang
tak ternilai harganya. Jangan kaget bila Bagteria saat ini memiliki pasar
tetap di 30 negara di seluruh penjuru dunia, termasuk Uni Emirat Arab.
Sementara untuk pasar lokal, Nancy baru meliriknya sekitar 3 tahun lalu.
Dengan selalu menjaga kualitas bahan serta produksi yang bermutu dan terus
konsisten menjaga keunikan desain, Nancy berharap Bagteria bisa menjamur bak
bakteri yang mewabah. (*/dari berbagai sumber)
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar